Lanjut lanjut dikatakan Didik, ada istilahnya Desa sporadis, yang secara tiga tahun berturut-turut tidak ada DBD, ada juga daerah yang potensial sekali dalam 3 tahun, ada juga daerah yang selalu ada setiap tahunnya.
Terkait hal tersebut, Didik menghimbau kepada masyarakat Tulungagung agar selalu waspada dan menjaga kebersihan.
“DBD ini selalu mengintai kita semua, sehingga harus tetap waspada. Untuk Tahun 2022 ini, walaupun tidak setinggi Tahun 2019, tetapi, tahun ini ada kasusnya,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Didik juga menyampaikan terkait data yang sudah diterima Dinkes Tulungagung yakni, Bulan Januari ada 57 kasus 1 kematian, Februari 59 kasus 1 kematian, Maret 33 kasus, April 44 kasus, dan sampai pertengahan April ini ada 15 kasus.
Untuk prediksi naik atau turunnya kasus DBD, didik Eka memaparkan, biasanya mendekati kemarau akan turun dan naik lagi saat musim hujan tiba.
“Jika sudah mendekati kemarau, biasanya dari tahun ke tahun selalu turun. Nanti, di bulan Juni-Agustus pasti sudah turun, bahkan bisa nol kasus. Akan tetapi, untuk September ada hujan dikit-dikit mulai naik lagi, bahkan, terus naik di bulan Oktober-Desember,” tuturnya.
Komentar