DPRD Tulungagung Hearing bersama IKA Unair, Untuk Pulihkan Kawasan Hutan

Tulungagung,Teraskata.com – DPRD Kabupaten Tulungagung gelar rapat dengar pendapat (hearing) bersama Ikatan Keluarga Alumni Universitas Airlangga (IKA Unair) Surabaya, bertempat di ruang Aspirasi Kantor DPRD Tulungagung. Kamis, (4/7/2024).

Acara tersebut dihadiri Ketua DPRD Tulungagung, Marsono, Wakil Ketua Ali Masrup, Ketua Komisi B, Susilowati, Tim AMERTA IKA UNAIR, perwakilan warga Desa Tenggarejo, Kecamatan Tanggunggunung, serta Kepala OPD terkait.

Rapat dengar pendapat ini, membahas keluhan warga Desa Tenggarejo, kecamatan Tanggunggunung, tentang kondisi kawasan geoheritage yang rusak sangat parah.

Ketua Tim AMERTA (Aktivis Lingkungan Tulungagung) , M. Fauzi Setiawan mengatakan, kedatangannya ke DPDR Tulungagung untuk menyampaikan keprihatinan atas kondisi alam di wilayah selatan Tulungagung yang dikarenakan kondisi alam terutama wilayah pegunungan yang sudah gundul.

Mendapati hal itu, pihaknya kemudian melakukan analisis dan merumuskan bagaimana untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mengembalikan fungsi hutan.

“Maka dari itu, fungsi hutan ini harus dikembalikan yakni dengan menanam kembali tanaman tegakan agar kawasan disana tidak hanya dipenuhi tanaman jagung,” ungkapnya.

Pihaknya meminta, bantuan pemerintah utamanya kalangan legislatif untuk memberikan pengertian kepada masyarakat agar sadar terkait pentingnya keseimbangan alam. Selain itu pihaknya juga akan berupaya untuk mengajak warga agar mau menanam pohon tegakan atau semak belukar agar kondisi alam pulih.

“Mengembalikan kondisi alam ini tidak harus dengan mengurangi lahan pertanian jagung milik warga. Sebenarnya bisa kok dengan adanya tanaman jagung, diimbangi dengan tanaman kelengkeng dan semak belukar,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala dusun Tenggar, Arif Darmawan. Keadaan lahan dan lingkungan di kawasan geoheritage yang merupakan kawasan lindung di Tenggarejo saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah.

Ia mengungkapkan kondisi kritis seperti kehabisan air, kerusakan tanah, dan penurunan kadar oksigen di goa-goa pada kawasan heritage tersebut.

“Kawasan ini dulunya hijau namun sekarang sangat rusak. Kehabisan air menyebabkan dampak buruk bagi kebutuhan air warga Tenggarejo bahkan hingga warga Campurdarat,” ujarnya.

Sementara itu, Didik perwakilan dari IKA Unair menyatakan komitmennya, bersama seluruh elemen masyarakat melakukan langkah reboisasi dan memberikan pendampingan kepada masyarakat.

”Guna membangun kesadaran tentang pentingnya mengembalikan kawasan tersebut menjadi hutan hijau kembali,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPRD Tulungagung, Marsono mengatakan bahwa, sebenarnya pegunungan pada wilayah selatan Tulungagung seperti Tanggunggunung dan Besuki sudah dilakukan penanganan.
Dimana hal itu dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan, agar banjir lumpur tidak lagi terjadi.

Namun pihaknya mengakui jika penanganan tersebut selama ini masih belum maksimal, sehingga kawasan pegunungan selatan Tulungagung masih gundul.

Pada akhir masa jabatannya ini, pihaknya berkomitmen untuk menanggulangi permasalahan itu agar tidak berlarut-larut.

“Kami akui selama ini penanganan disana (Kawasan Selatan) belum maksimal. Kami berupaya untuk memaksimalkan penanganan disana, dan memberikan edukasi warga disana agar peduli lingkungan,” kata Marsono.

Menurutnya, sangat penting memulihkan kawasan hutan di daerah selatan termasuk Tanggunggunung, dengan memulai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan pupuk organik serta pembuatan biopori di lahan tandus untuk menyimpan air dan meningkatkan kualitas tanah.

Selain itu, pihaknya juga mendukung pengurangan lahan pertanian jagung yang menjadi salah satu penyebab kerusakan hutan hijau di kawasan tersebut.

“Pembuatan biopori atau lubang air yang mampu menjadi tempat penyimpanan humus tanah sangat penting untuk menjaga kelestarian dan kesuburan tanah. Hal ini juga dapat mengikat sedimen tanah dan mencegah terjadinya longsor,” pungkasnya. (Agus)

Komentar