Forum Diskusi Stakeholder Dalam Rangka Implementasi Rencana Kegiatan Program I-SEE Pemerintah Kabupaten Madiun Tahun 2025

Madiun,Teraskata.com – Program Inclusive System for Effective Eye Care (I-SEE) bertujuan untuk meningkatkan layanan kesehatan mata yang inklusif dan optimal di Indonesia. Program I-SEEdiluncurkan pertama kali oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun yang bekerjasama dengan Yayasan Para Mitra Indonesia dan CBM Global pada tanggal 2 Juli 2024. Pemerintah Kabupaten Madiun berkomitmen akan mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan pada masyarakat. Dengan harapan agar masyarakat yang mengalami gangguan penglihatan bisa melihat jendela dunia.

Untuk mengetahui perkembangan sejak dluncurkannya program I-SEE tahun 2024 di Kabupaten Madiun, Yayasan Para Mitra Indonesia mengundang para Stakeholder (Pemangku Kepentingan) dari berbagai sektor dalam forum pertemuan yang diadakan di Gedung Graha Praja Mukti, gedung Pemkab Madiun. Selasa (14/1/2025).

Hadir dalam pertemuan tersebut oleh Direkur Yayasan Para Mitra Indonesia, Asiah Sugianti, Team I-SEE, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kemenag Kabupaten Madiun, Dinas Kominfo, RSUD Caruban dan RSUD Dolopo, Puskesmas Unggulan, Perwakilan Disabilitas

Dari Yayasan Para Mitra kepada para stakeholder dan undangan yang hadir dipaparkan capaian program I-SEE tahun 2024, tantangan dan pembelajaran serta rencana kegiatan pada tahun 2025. Dengan paparan ini stakehoder Kabupaten Madiun dapat mengetahui gambaran besar rencana kerja program tahun 2025. Selain Paparan, juga diadakan forum diskusi kelompok yang dikandung maksud meminta masukkan dari stakeholder terkait berbagai tantangan yang terjadi di tahun 2024 sebagai bahan pertimbangan dalam merancang stratrgi dan implementasi rencana kerja kegiatan pada tahun 2025.

Direkur Yayasan Para Mitra Indonesia, Asiah Sugianti kepada awak mediaTeraskata mengatakan agenda yang diadakan hari ini merupakan agenda secara rutin yang dilakukan tiap 6 bulan sekali (per semester).

“Agenda awal stakeholder diundang pada waktu launching program I-SEE kemarin. Dengan melibatkan secara aktif stakeholder, kami berharap stakeholder terpilih itu akan memberikan input, mengawal program dan memiliki rasa terhadap program, karena ini pada dasarnya wilayah mereka,” kata Asiah Sugianti.

“Dari input dari bapak dan ibu stakeholder akan sangat berarti karena kalau mereka memberikan input berarti ikut mengawal program kami sampai akhir,” imbuhnya.

Menurut Asiah Sugianti, karena kan Ini baru tahun pertama, baru 9 bulan banyak kegiatan yang masih dalam bentuk seremonial dan pelatihan. Sekarang dokter dan nakes seluruh puskesmas sudah dilatih, kemudian kader sudah dilatih seluruh Posbindu. Kalau misalnya sekarang itu implementasinya, baru dilakukan tahun 2025 karena implementasinya kader akan melakukan edukasi akan melakukan screening akan menuju ke rumah sakit, tapi semakin lama waiting list operasi katarak akan semakin panjang. Saat ini di Kabupaten Madiun yang melakukan operasi hanya di RSUD Caruban dan itu waiting listnya sudah sangat panjang.

“Makanya akan butuh kebijakan tingkat kabupaten untuk mengatasi itu. Harapannya tahun 2025 akan kita akan mencoba untuk mendorong pentingnya kebijakan. Mendorongnya tidak kami sendiri ya bersama stakeholder tadi. RSUD Caruban sudah mulai resah, bagaimana ini apa bisa teratasi, juga adanya pembatasan kuota operasi dari BPJS perlu adanya kebijakan,” ungkapnya.

“Ke depan butuh komite mata daerah yang ngurusi atau mengkoordinasi terkait dengan gangguan penglihatan, karena apa kalau angka prevalensinya atau sudah 4,4% itu seharusnya tidak menjadi tanggung jawabnya Dinas Kesehatan saja tetapi menjadi tanggung jawab sosial, makanya komite mata daerah itu secara keanggotaannya yang lintas sektor/ OPD, ada Dindik, Kemenag, Dinsos, DPMD dan Dinkes,” pungkas Direkur Yayasan Para Mitra Indonesia, Asiah Sugianti. (Sur).

Komentar