Launching Pakaian Batik Khas Tulungagung Lurik Bhumi Ngrowo

Sembilan merupakan angka terakhir yang menyimbolkan penyelesaian, dan memiliki nilai tertinggi, juga mewakili puncak pengalaman dan kebijaksanaan.

Jajar 9 alur garis motif juga menyimbolkan banyaknya Desa (Thani) yang mendapat penghargaan sima (pardikan/keistimewaan) oleh Raja Kertajaya yang tertulis dalam Prasasti Lawadan. Raja Daha terakhir tersebut membuat Prasasti Lawadan pada tanggal 18 November 1205 Masehi. Dimana tanggal itu sejak tahun 2002 ditetapkan sebagai ‘Penanda Hari Jadi Kabupaten Tulungagung.

Kemudian secara garis besar batik ini menceritakan sejarah tentang Tulungagung dengan cara mengingat kembali bahwa kita memiliki Prasasti Lawadan dan histori Daerah Ngrowo.

Pakaian khas tersebut merupakan pakaian yang mengekspresikan identitas masyarakat Tulungagung. Pakaian ini memakai bentuk khas tradisional jawa. Bagi laki-laki menggunakan atasan dengan motif Batik “Lurik Bhumi Ngrowo”, memakai Udeng Tulungagungan dan bawahan warna hitam. Bagi wanita memakai atasan bergaya kutu baru dan juga bawahan hitam.

Pakaian batik khas Tulungagung ini memadukan dua warna yaitu Hitam dan Coklat Keemasan.

Komentar