Menariknya, semua peserta telah disediakan juga oleh panitia berupa menu sarapan yang merupakan makanan khas Desa Tawangsari yaitu nasi dengan sayur loncom sekaligus untuk mengenalkan kepada masyarakat dan khususnya pecinta sepeda Turonggo.
“Memang di daerah lain tidak ada makanan nasi loncom. Dan di kabupaten Tulungagung yang ada makanan nasi loncom hanya di dua desa ini, Tawangsari dan Mangunsari,” ujarnya.
Perdikan Tawangsari yang saat ini dikenal dengan nama Desa Tawangsari yang berada di wilayah Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, menurut Makrus, dulunya pada masa penjajahan Belanda diberi keistimewaan khusus oleh keraton Ngayogyakarta.
“Jadi Desa Tawangsari itu memang ada trah keturunannya dari Ngayogyakarta,” ungkapnya.
Dengan keistimewaan khusus yang dimiliki Desa Tawangsari, adanya tokoh tersohor yaitu KH Abu Mansyur yang merupakan tokoh penyiar agama Islam pertama di Tulungagung, keturunan keraton Ngayogyakarta yang dimakamkan di situ, serta adanya masjid yang cukup tua yang awal didirikannya merupakan masjid pertama di Tulungagung yakni masjid Jami’ Tawangsari, maka pihaknya bersama Pemdes dan masyarakat setempat akan mengembangkan lagi dan menata desa Tawangsari menjadi desa wisata religi.
“Sehingga bisa membawa dampak lebih baik di sektor perekonomian masyarakat dan mampu membangkitkan ekonomi masyarakat khususnya Desa Tawangsari dan sekitarnya,” pungkasnya. (Agus)
Komentar