Lebih lanjut disampaikan Fajar, terkait janji kades tentang pengelolaan sawah bengkok Kades yang dijanjikan selama ini, ternyata diterjemahkan berbeda oleh kades. Dari penjelasan yang disampaikan Kades pengelolaan sawah bengkok ternyata diserahkan kepada tim suksesnya, yang mana dalam dua tahun terakhir ini masyarakat hanya diberi sembako dan kue pada tiap lebaran.
“Katanya, sembako itu dari tim suksesnya Kades. Dan persoalannya, pembagian sembako tersebut tidak melalui mekanisme musyawarah dengan warga. Apakah betul – betul warga menginginkan sembako? Lha terus jumlahnya tidak seluruhnya, tadi disebutkan hanya separuhnya saja dan separuhnya lagi digunakan untuk pengembalian biaya operasional waktu Pilkades kemarin, dan ini akhirnya menjadikan rusak tatanan masyarakat kalau seperti ini,” tandasnya.
Fajar menginginkan pengelolaan sawah bengkok kades yang dijanjikan diserahkan kepada masyarakat, dilakukan secara transparan, dan jika ada tim yang dipilih Kades untuk mengelolanya, masyarakat juga harus diajak musyawarah sehingga tidak ada saling curiga.
“Yang jelas, kami perjuangkan untuk memerangi adanya dugaan praktek money politik di Desa kami. Tadi kan disebutkan sama kades ada tim 15 yang mengelolanya tapi kan tidak dijelaskan secara terbuka siapa saja tim 15 yang berada dibalik layar tersebut,” terang Fajar.
“Untuk itu saya harus mengetahui jawabannya sampai titik, karena ini yang akan kita wariskan pada generasi setelah kita, jangan sampai hal ini dijadikan pembenaran dan jangan sampai ini ditiru anak turun kita nanti,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Bendungan Suryanto mengatakan bahwa, dalam proses politik, membentuk tim sukses itu adalah hal yang wajar atau lumrah. Menurutnya, terkait isi surat pernyataan yang pernah dibuat, sudah direalisasikan artinya hasil dari tanah bengkok secara keseluruhan sudah disampaikan ke masyarakat sejak awal ia menjabat Kades.
“Menurut saya, secara keseluruhan hasil bengkok saya sudah disampaikan ke masyarakat sejak awal saya menjabat,” ujarnya.
Komentar