Menurut Bondan, serangkaian konflik yang di alami masyarakat dimulai saat Anas menjadi bupati, hingga dirinya digantikan oleh istrinya.
“Bahkan sekarang dipercaya sebagai kepala LKPP, perselisihan antara warga masih ada. Apakah implementasi dari take line menjaga kesinambungan ini, silahkan untuk diartikan sendiri’. Ujar Bondan sambil tersenyum.
Pemuda asal Kampung Atasangin ini membeberkan serangkaian prestasi yang di dapatkan oleh kabupaten Banyuwangi tidak berarti apa-apa di mata masyarakat Banyuwangi.
Pasalnya sikap bungkamnya Ipuk Fiestiandani, menanggapi masalah tambang emas seolah-olah menunjukkan bahwa Bupati tidak responsif dan proaktif terhadap kondisi rakyat.
Padahal perputaran uang di gunung Tumpang Pitu yang sudah beroperasi jumlahnya milyaran, namun tidak ada income nyata untuk rakyat Bumi Blambangan.
“Permasalahan yang muncul di masyarakat akibat adanya tambang emas Tumpang Pitu adalah bukti nyata kegagalan Anas dalam memimpin Banyuwangi yang harus di tanggung oleh istrinya saat ini. Dan Ipuk yang sekarang menjadi Bupati serta digadang-gadang menjadi solusi karena sosok ke ibuannya malah terkesan tak mau tau dengan apa yang dialami maupun dirasakan masyarakat area pertambangan,” papar Alumni Muda HMI tersebut.
Penolakan warga sudah nyata adanya, protes dari warga maupun aktivis dan unjuk rasa juga sering kali dilakukan, tetapi tidak ada tindakan.





Komentar