Tulungagung,Teraskata.com – Sebagai upaya percepatan penurunan stunting yang telah menjadi program prioritas di Kabupaten Tulungagung, Pemerintah Desa Karangtalun, Kecamatan Kalidawir, menggelar Sosialisasi Pemeriksaan SHK Pada Bayi Baru Lahir Untuk Pencegahan Dini Adanya Stunting, bertempat di Pendopo Desa Karangtalun. Rabu, (28/2/2024).
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Kades Karangtalun, Drs. Agus Imam Wijayanto, M.Si., diikuti puluhan warga yang terdiri dari Kader posyandu, ibu hamil, ibu balita, dan calon pengantin, dengan narasumber Bidan desa Karangtalun, Ita Tri Andiasari, S.Tr.Keb., dan Bidan pelaksana KIA Puskesmas Kalidawir, Anik Ida wati, S.ST.
Selaku narasumber kegiatan tersebut, Bidan pelaksana KIA Puskesmas Kalidawir, Anik Ida wati, S.ST., mengatakan bahwa, tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakat, Kader posyandu, utamanya ibu hamil, ibu balita, dan calon pengantin, terkait dengan penurunan stunting yang saat ini sudah menjadi tranding semua lini untuk ikut serta andil dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting, diantaranya dengan memberikan materi tentang SHK (Skrining Hipotiroit Kongenital).

Diterangkannya, Hipotiroit Kongenital (HK) adalah gangguan yang diakibatkan kekurangan hormon tiroid sejak lahir, yang mana hormon tersebut berfungsi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental.
Sehingga apabila terjadi kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat permanen. Gejala tersebut seperti tubuh cebol, lidah besar, bibir tebal, hidung pesek, pusat menonjol, kesulitan bicara, dan keterbelakangan mental/idiot.
“Jadi materi kita pada kegiatan ini yang pertama materi tentang SHK (Skrining Hipotiroit Kongenital) yang dilakukan pada bayi baru lahir pada usia 42 jam sampai 72 jam untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroit Kongenital (HK) dan yang bukan penderita,” ucap Anik.
“Yang kedua, materi tentang ibu hamil berisiko tinggi, karena stunting pencegahannya dari sebelum kehamilan,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan Anik, terkait dengan angka stunting untuk Puskesmas kalidawir sendiri di tahun 2023 hingga saat ini Februari 2024 sudah ada penurunan yang signifikan dari 41 tinggal 29 yang lulus, yang mana hal tersebut tidak murni kekurangan nutrisi dan gizi, tapi juga adanya faktor yang lain seperti penyakit penyerta bawaan, dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk Desa Karangtalun sendiri, lanjut Anik, tingkat penurunan stunting dari angka 5 tinggal 3, yang mana dalam penanganannya pihak pemerintah Desa ada anggarannya sendiri untuk stunting.
“Stunting itu kan penanganannya tidak berhenti di Puskesmas saja, juga dilakukan rujukan ke Rumah sakit, ada pendampingan juga, malah beberapa waktu lalu ada juga rujukan sampai ke Rumah sakit yang ada di Surabaya, yang dananya akomodasi dari pemerintah Desa Karangtalun,” terang Anik.
“Jadi Pemdes Karangtalun ini gregetnya dalam menangani stunting itu memang bagus,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kades Karangtalun, Drs. Agus Imam Wijayanto, M.Si., menuturkan, terkait program penurunan stunting diperlukan kolaborasi semua pihak untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat mulai calon pengantin, ibu hamil, ibu balita, dan para kader posyandu, sehingga tahu tentang pencegahan stunting.
Melalui kegiatan tersebut Kades berharap, dari para pemangku kepentingan serta stakeholder terkait mulai dari posyandu, calon pengantin, ibu hamil, dan juga ibu balita, dapat memahami dalam hal meminimalisir atau mencegah adanya bayi stunting.
“Harapan kami desa Karangtalun zero stunting,” pungkasnya. (Agus)
Komentar